Oleh: Fath Astri Damayanti (Wiraswasta)
Sudah beberapa pekan cuaca tak menentu, di beberapa daerah pun terjadi bencana alam yang tadinya belum pernah terjadi. Seperti di sungai Tukad Perasan, Karangasem, Bali, lahar dingin terus menggerus bantaran sungai. Di Medan lebih dari 3.000 rumah di lima kecamatan terendam banjir. Terjadinya siklon tropis Dahlia, di sepanjang pesisir Barat di Sumatera Barat hingga Lampung, Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, diperkirakan akan terdampak situasi ini. Selain itu, gelombang laut dengan ketinggian 2,5 - 4 meter juga diperkirakan akan terjadi di perairan Kepulauan Nias, Perairan Kepulauan Mentawai, Samudera Hindia di bagian barat Aceh, hingga Kepualauan Mentawai. Sementara gelombang laut lebih tinggi, sekitar 4 - 6 meter juga diperkirakan akan terjadi yang terdampak adalah di Perairan Enggano, Perairan Barat Lampung, Samudera Hindia Barat Enggano hingga Lampung, Selat Sunda bagian Selatan, Perairan Selatan Banten, Samudera Hindia Selatan. Daerah Istimewa Yogyakarta cuaca ekstrem yang dipicu siklon tropis cempaka selama dua hari mengakibatkan 114 titik bencana di lima kabupaten/kota di DIY.
Bencana alam merupakan fenomena alam yang terjadi karena adanya aktifitas fisik dari berbagai benda-benda di alam, selain itu juga terjadi karena ulah tangan manusia sendiri. Allah berfirman: Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan karena ulah (kemaksiatan) manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS ar-Rum [30]: 41). Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Tindakan merusak bumi itu terdiri dari dua bentuk:
Pertama, perusakan secara fisik yang bisa dilihat dengan indera, yaitu seperti dengan cara merobohkan rumah-rumah, merusak jalan-jalan, dan kejahatan lain semacamnya. Yang kedua adalah perusakan secara maknawi, yaitu dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Pada hakekatnya maksiat itulah sebesar-besar tindak perusakan yang terjadi di atas muka bumi.” Kemudian beliau membacakan ayat di atas (Al Qaul Al Mufid, II/77).
Maka dengan adanya bencana ini harusnya menjadi muhasabah atas kerusakan dan kemaksiatan yang merajalela, kita bisa melihat bagaimana negeri ini tutup mata terhadap kemaksiatan, dari kasus terbongkarnya alexsis dan kasus yang serupa, LGBT yang tidak mendapat penangann yang semestinya padahal jelas-jelas bertentangan dengan fitrah manusia, korupsi yang masih bertengger di puncak teratas bahkan Indonesia menjadi negara terbesar kasus korupsi sama halnya dengan narkoba, masih adanya tindakan asusila, pornografi, pornoaksi, perzinahan, kriminalitas, bahkan kemaksiatan paling besar adalah ketika berpaling dari aturan Allah AWT dan tidak menerapkan aturan Allah SWT. Bencana yang terjadi menjadu ujian bagi orang-orang yang beriman, sehingga semakin mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dan meningkatkan keimannnya dan senantiasa bersabar atas apa yang ditimpakan kepadanya. Berbeda halnya dengan pelaku maksiat, musibah akan menjadi azab bagi mereka dan menghambat turunnya Rahmat Allah SWT karena ketakwaan adalah sumber keberkahan. Bagaimana keberkahan akan turun jika masih abai terhadap perintah dan laranganNya.
Maka dari itu, berbagai bencana yang terjadi semestinya mendorong para penguasa dan rakyat negeri ini untuk segera meninggalkan berbagai kemaksiatan dan kerusakan, lalu bersegera menerapkan syariah-Nya secara kaffah dalam semua aspek kehidupan. Allah SWT berfirman (yang artinya): "Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjung-kirbalikkan bumi bersama kalian sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Ataukah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu? Kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Alangkah hebatnya kemurkaan-Ku" (TQS al-Mulk [67]: 16-18). Wallahua’lam bishawab.(adm)
Sudah beberapa pekan cuaca tak menentu, di beberapa daerah pun terjadi bencana alam yang tadinya belum pernah terjadi. Seperti di sungai Tukad Perasan, Karangasem, Bali, lahar dingin terus menggerus bantaran sungai. Di Medan lebih dari 3.000 rumah di lima kecamatan terendam banjir. Terjadinya siklon tropis Dahlia, di sepanjang pesisir Barat di Sumatera Barat hingga Lampung, Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, diperkirakan akan terdampak situasi ini. Selain itu, gelombang laut dengan ketinggian 2,5 - 4 meter juga diperkirakan akan terjadi di perairan Kepulauan Nias, Perairan Kepulauan Mentawai, Samudera Hindia di bagian barat Aceh, hingga Kepualauan Mentawai. Sementara gelombang laut lebih tinggi, sekitar 4 - 6 meter juga diperkirakan akan terjadi yang terdampak adalah di Perairan Enggano, Perairan Barat Lampung, Samudera Hindia Barat Enggano hingga Lampung, Selat Sunda bagian Selatan, Perairan Selatan Banten, Samudera Hindia Selatan. Daerah Istimewa Yogyakarta cuaca ekstrem yang dipicu siklon tropis cempaka selama dua hari mengakibatkan 114 titik bencana di lima kabupaten/kota di DIY.
Bencana alam merupakan fenomena alam yang terjadi karena adanya aktifitas fisik dari berbagai benda-benda di alam, selain itu juga terjadi karena ulah tangan manusia sendiri. Allah berfirman: Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan karena ulah (kemaksiatan) manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS ar-Rum [30]: 41). Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Tindakan merusak bumi itu terdiri dari dua bentuk:
Pertama, perusakan secara fisik yang bisa dilihat dengan indera, yaitu seperti dengan cara merobohkan rumah-rumah, merusak jalan-jalan, dan kejahatan lain semacamnya. Yang kedua adalah perusakan secara maknawi, yaitu dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Pada hakekatnya maksiat itulah sebesar-besar tindak perusakan yang terjadi di atas muka bumi.” Kemudian beliau membacakan ayat di atas (Al Qaul Al Mufid, II/77).
Maka dengan adanya bencana ini harusnya menjadi muhasabah atas kerusakan dan kemaksiatan yang merajalela, kita bisa melihat bagaimana negeri ini tutup mata terhadap kemaksiatan, dari kasus terbongkarnya alexsis dan kasus yang serupa, LGBT yang tidak mendapat penangann yang semestinya padahal jelas-jelas bertentangan dengan fitrah manusia, korupsi yang masih bertengger di puncak teratas bahkan Indonesia menjadi negara terbesar kasus korupsi sama halnya dengan narkoba, masih adanya tindakan asusila, pornografi, pornoaksi, perzinahan, kriminalitas, bahkan kemaksiatan paling besar adalah ketika berpaling dari aturan Allah AWT dan tidak menerapkan aturan Allah SWT. Bencana yang terjadi menjadu ujian bagi orang-orang yang beriman, sehingga semakin mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dan meningkatkan keimannnya dan senantiasa bersabar atas apa yang ditimpakan kepadanya. Berbeda halnya dengan pelaku maksiat, musibah akan menjadi azab bagi mereka dan menghambat turunnya Rahmat Allah SWT karena ketakwaan adalah sumber keberkahan. Bagaimana keberkahan akan turun jika masih abai terhadap perintah dan laranganNya.
Maka dari itu, berbagai bencana yang terjadi semestinya mendorong para penguasa dan rakyat negeri ini untuk segera meninggalkan berbagai kemaksiatan dan kerusakan, lalu bersegera menerapkan syariah-Nya secara kaffah dalam semua aspek kehidupan. Allah SWT berfirman (yang artinya): "Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjung-kirbalikkan bumi bersama kalian sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Ataukah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu? Kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Alangkah hebatnya kemurkaan-Ku" (TQS al-Mulk [67]: 16-18). Wallahua’lam bishawab.(adm)
Komentar
Posting Komentar