Penajam Terkini - Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, merupakan salah satu daerah dengan produksi gabah cukup tinggi ke dua setelah Kecamatan Babulu. Namun sayangnya hasil panen tahun ini sedikit menurun, pasca dilanda kemarau beberapa bulan, Sabtu, 23/3/2019.
Hal ini dialami oleh Supardi (62) petani asal RT 024 Kelurahan Waru saat ditemui sore tadi. Ia juga mengatakan sebenarnya pasca tanam di bulan November - Desember 2018 awal, itu berpotensi panen normal, baik hasilnya, sementara saya dan teman-teman yang lain tanam di bulan Januari 2019, hasilnya ya seperti ini, orang sudah pada panen sementara saya masih perawatan, parahnya lagi tanah kering dan pecah-pecah," ungkapnya.
Berbeda dengan Sugianto (52) pasangan suami istri ini berprofesi sebagai petani, alhasil pun cukup lumayan baik, meski demikian ia dan istrinya Jumatin (45) tidak mengupahkan (buruh).
Sugianto warga Kelurahan Waru mengakui, bahwa kami jika panen berdua kalau pagi hari, nanti selepas tengah hari dibantu oleh ke dua anak, lagi pula panen tahun ini tanam hanya kurang lebih satu hektar, biasa sampai dua setengah, karena ada keragu-raguan, pada saat itu cuaca yang tidak menentu.
Sugianto membenarkan ini tanaman bulan Desember 2018, rata-rata bagus semua, kalau soal harga padi atau beras naik turunnya saya belum tau kan baru di sangki (arit) saya perkirakan tetap saja di kisaran Rp.10.000-11.000/kilo, kalau gabah belum tau karna belum ada tengkulak yang datang ke sini," tandasnya
Lebih lanjut kalau biasanya jual ya ke tengkulak, oleh tengkulak di kirim ke bolog atau kemana saya kurang paham, biasa tengkulak dari Babulu ada juga kadang dari Banjarmasin, Kalsel.
Awal tahun 2018 lalu dia mengatakan bahkan sebagian besar petani memilih jual hasil panen gabahnya ke tengkulak ketimbang ke penggilingan (pabrik) padi, itu pun kurang memuaskan juga hasil pada waktu itu, tidak sesuai modal yang di keluarkan.
Hasil panen petani disini jualnya ke Tengkulak, walaupun ada yang ke (pabrik) itu pun jarang, kebanyakan ya di Tengkulak atau di jual berupa beras," ujar Sugianto.
Pendapatan petani sawah jika dihitung modal sampai pasca panen itu ya cukup-cukup begitu saja, yang jelas beras tidak beli. Meskipun dua kali panen dalam satu tahun, kalau hasilnya seperti ini ya kembali modal aja sudah bersyukur." Pungkas Sugianto (lr)
Hal ini dialami oleh Supardi (62) petani asal RT 024 Kelurahan Waru saat ditemui sore tadi. Ia juga mengatakan sebenarnya pasca tanam di bulan November - Desember 2018 awal, itu berpotensi panen normal, baik hasilnya, sementara saya dan teman-teman yang lain tanam di bulan Januari 2019, hasilnya ya seperti ini, orang sudah pada panen sementara saya masih perawatan, parahnya lagi tanah kering dan pecah-pecah," ungkapnya.
Berbeda dengan Sugianto (52) pasangan suami istri ini berprofesi sebagai petani, alhasil pun cukup lumayan baik, meski demikian ia dan istrinya Jumatin (45) tidak mengupahkan (buruh).
Sugianto warga Kelurahan Waru mengakui, bahwa kami jika panen berdua kalau pagi hari, nanti selepas tengah hari dibantu oleh ke dua anak, lagi pula panen tahun ini tanam hanya kurang lebih satu hektar, biasa sampai dua setengah, karena ada keragu-raguan, pada saat itu cuaca yang tidak menentu.
Sugianto membenarkan ini tanaman bulan Desember 2018, rata-rata bagus semua, kalau soal harga padi atau beras naik turunnya saya belum tau kan baru di sangki (arit) saya perkirakan tetap saja di kisaran Rp.10.000-11.000/kilo, kalau gabah belum tau karna belum ada tengkulak yang datang ke sini," tandasnya
Lebih lanjut kalau biasanya jual ya ke tengkulak, oleh tengkulak di kirim ke bolog atau kemana saya kurang paham, biasa tengkulak dari Babulu ada juga kadang dari Banjarmasin, Kalsel.
Awal tahun 2018 lalu dia mengatakan bahkan sebagian besar petani memilih jual hasil panen gabahnya ke tengkulak ketimbang ke penggilingan (pabrik) padi, itu pun kurang memuaskan juga hasil pada waktu itu, tidak sesuai modal yang di keluarkan.
Hasil panen petani disini jualnya ke Tengkulak, walaupun ada yang ke (pabrik) itu pun jarang, kebanyakan ya di Tengkulak atau di jual berupa beras," ujar Sugianto.
Pendapatan petani sawah jika dihitung modal sampai pasca panen itu ya cukup-cukup begitu saja, yang jelas beras tidak beli. Meskipun dua kali panen dalam satu tahun, kalau hasilnya seperti ini ya kembali modal aja sudah bersyukur." Pungkas Sugianto (lr)
Komentar
Posting Komentar