Kisah ini bermula saat saya dan beberapa teman sedang menunggu jemputan dari saudara di stasiun Lempuyangan Yogyakarta 2 tahun yang lalu, karena mobil saudara lama gak nongol2 akhirnya kita tunggu di pinggir jalan dekat stasiun (yang pada akhirnya diketahui bahwa ternyata mobil saudara saya mogok gan)
saat saya dan teman2 manyun nuggu jemputan tiba2 dari arah timur berjalan 2 orang waria yang dilihat dari umurnya sekitar 40 dan 45 tahunan gan, saat itu kami ber lima pada bergidik diliatin gan, cuma 1 temen ane aja yang suka selengekan yang berani negur, saat 2 waria itu melintas di depan ane 1 temen ane tuh negur gan "sis... bawa rokok gak?", karena merasa ada orang yang masih mau menegurnya 2 waria itu berhenti. sumpah jantung ane seolah juga ikutan berhenti gara2 ulah temen ane tuh gan
Setelah memberi sepuntung rokok ama temen ane yang kampret tuh, satu waria yang wajahnya paling tua tuh mulai bertanya2 gan, dari mana asal kami,trus mau kemana, dan kenapa ada disitu? cuma temen ane tadi aja yang mau nanggapi gan dia bilang bahwa kami adalah anak jalanan, ngamen dari satu kota ke kota lain, sudah gak punya ortu, tidurnya di moshola2. dalam hati ane ketawa juga gan denger gombalan temen ane gan. setelah ngobrol beberapa lama, waria tersebut mulai akrab gan, malah kami dibelikan es teh 5 plastik, awalnya kami menolak sih.. tapi waktu waria tuh bilang "ini uang halal kok mas... uang hasil ngamen bukan nyopet" ane merasa gak enak juga gan akhirnya ya kami terima aja tuh es teh gan.
Karena 2 waria itu udah merasa akbrab, sambil duduk di trotoar lalu dia membuka kisahnya gan. sambil menghisap rokok seolah2 ingin melepas sesaknya beban hidup, dia mulai berkata " lebih baik kalian ngamen di kota yang lebih besar aja mas" (busyet...gara2 temen ane ngaku pengamen jatuh deh harga diri ane sebagai mahasiswa, tapi ane pilih diem aja gan coz ane gak mau ngerusak suasana), lalu waria itu bilang lagi " jogja ini kota seakan akan mas, seakan akan menawarkan kehidupan yang mapan, namun untuk dapat uang disini susah mas", lalu temen ane tadi bertanya " lalu kenapa sis sendiri disini?", dia menjawab " saya sudah 10 tahun disini mas, kota ini sudah mendarah di hati saya".
karena waria tuh sok puitis ane yang awalnya acuh jadi ikutan tertarik juga ama ceritanya , "jadi waria bukanlah kehendak pikiran saya mas, namun hati saya yang berbicara demikian, siapa sih mas yang mau terlahir sebagai seorang waria, saya sadar bahwa seorang waria lebih hina dari pada pelacur mas... jika wanita saja tidak mau terlahir sebagai pelacur apa lagi kami kaum yang tidak di terima pria maupun wanita?" lalu ia menghisap lagi rokoknya.
"Sudah lebih dari 25 tahun saya hidup dijalanan mas... keluarga gak mau menerima keadaan saya, saya ngamen dari satu kota ke kota lain, pernah suatu hari saya mengamen di kereta di daerah jawa timur, saat saya dan 2 orang teman memasuki stasiun Madiun kapi ditangkap petugas dan ditendang keluar kereta, untung saja kereta tidak jalan, kami dijambak dan dibawa ke kantor kepala stasiun seperti maling, padahal kami cuma mencari recehan untuk makan... di dalam kantor kepala stasiun kami ditelanjangi dan wig (rambut palsu) saya dibakar, sera rambut kami digunduli mas... salah apa kami sehingga diperlakukan demikian?" lalu waria itu meneteskan air mata gan... ane jadi trenyuh juga denger ceritanya gan.
Kemudia waria itu bercerita bahwa dia dan beberapa temannya hijrah ke daerah semarang, disana setiap hari harus senam jantung katanya gan, tiap ketemu trantib mereka selalu dikejar2 layaknya copet jika tertangkap mereka dibawa ke kantor satpol PP dan disana mereka dihajar seolah2 punya dendam pribadi. lalu waria itu berkisah "walau kami tidak diakui 2 oleh pria dan wanita, namun kami masih manusia mas... kami juga makan,minum seperti kalian, kami bisa senang, kami bisa sedih,kadang saya juga merenungi nasib apakah kami dilahirkan kedunia ini hanya sebagai bahan tertawaan, cacian, dan makian orang?" ane makin prihatin gan..namun bukan berarti ane membenarkan dan mendukung waria lo ya.. ane cuma simpati aja ama jalan hidupnya, coba jika agan di posisinya sementara sekarang agan bisa mencibir,menertawakan, menghina mereka, mereka hanya manusia yang tersesat akan kodratnya.
Setelah 1,5 jam kami cerita bareng mobil saudara ane berhenti tepat di depan kami gan, lalu kami pamitan,kemudian waria itu heran gan dan bertanya kepada teman ane tadi " loh ma...katanya pengamen... kok dijemput mobil?", lalu di jawab temen ane tadi gan " heheh itu misalnya aja kok sis.." langsung tuh 2 waria ngumpat2 sambil ngelempar bungkus rokok kosong waktu mobil kami jalan gan , kenapa saya menulis hal ini setelah lewat beberapa tahun? yang pertama saya sangat tersentuh dengan nasib mereka (ane bukan maho lo) dan yang kedua adalah saat saya dan teman saya yang dulu ngeladenin bicara waria tuh lewat perempatan magowu yogyakarta, pas di lampu merah waria tuh ngenalin wajah temen ane gan... disamperin deh kita gan, ane jadi rikuh ama orang2 sektar yg pada ngeliatin kita gan, mungkin dikira langganan nya kali ya , di sedikit cerita (karena di lampu merah) bahwa dia punya bascamp di dekat hotel Quality dan dia ketuanya KEBAYA (Keluarga banci yogyakarta).
sekian cerita ane gan.... semoga dikomen yang baik, yang gak niat komen mending tinggalin aja halaman ini dari pada nyampah. semoga bisa diambil hikmahnya dan kita harus banyak bersyukur bahwa kita masih diberi kesempurnaan.
Disadur dari: sigitcavalera
saat saya dan teman2 manyun nuggu jemputan tiba2 dari arah timur berjalan 2 orang waria yang dilihat dari umurnya sekitar 40 dan 45 tahunan gan, saat itu kami ber lima pada bergidik diliatin gan, cuma 1 temen ane aja yang suka selengekan yang berani negur, saat 2 waria itu melintas di depan ane 1 temen ane tuh negur gan "sis... bawa rokok gak?", karena merasa ada orang yang masih mau menegurnya 2 waria itu berhenti. sumpah jantung ane seolah juga ikutan berhenti gara2 ulah temen ane tuh gan
Setelah memberi sepuntung rokok ama temen ane yang kampret tuh, satu waria yang wajahnya paling tua tuh mulai bertanya2 gan, dari mana asal kami,trus mau kemana, dan kenapa ada disitu? cuma temen ane tadi aja yang mau nanggapi gan dia bilang bahwa kami adalah anak jalanan, ngamen dari satu kota ke kota lain, sudah gak punya ortu, tidurnya di moshola2. dalam hati ane ketawa juga gan denger gombalan temen ane gan. setelah ngobrol beberapa lama, waria tersebut mulai akrab gan, malah kami dibelikan es teh 5 plastik, awalnya kami menolak sih.. tapi waktu waria tuh bilang "ini uang halal kok mas... uang hasil ngamen bukan nyopet" ane merasa gak enak juga gan akhirnya ya kami terima aja tuh es teh gan.
Karena 2 waria itu udah merasa akbrab, sambil duduk di trotoar lalu dia membuka kisahnya gan. sambil menghisap rokok seolah2 ingin melepas sesaknya beban hidup, dia mulai berkata " lebih baik kalian ngamen di kota yang lebih besar aja mas" (busyet...gara2 temen ane ngaku pengamen jatuh deh harga diri ane sebagai mahasiswa, tapi ane pilih diem aja gan coz ane gak mau ngerusak suasana), lalu waria itu bilang lagi " jogja ini kota seakan akan mas, seakan akan menawarkan kehidupan yang mapan, namun untuk dapat uang disini susah mas", lalu temen ane tadi bertanya " lalu kenapa sis sendiri disini?", dia menjawab " saya sudah 10 tahun disini mas, kota ini sudah mendarah di hati saya".
karena waria tuh sok puitis ane yang awalnya acuh jadi ikutan tertarik juga ama ceritanya , "jadi waria bukanlah kehendak pikiran saya mas, namun hati saya yang berbicara demikian, siapa sih mas yang mau terlahir sebagai seorang waria, saya sadar bahwa seorang waria lebih hina dari pada pelacur mas... jika wanita saja tidak mau terlahir sebagai pelacur apa lagi kami kaum yang tidak di terima pria maupun wanita?" lalu ia menghisap lagi rokoknya.
"Sudah lebih dari 25 tahun saya hidup dijalanan mas... keluarga gak mau menerima keadaan saya, saya ngamen dari satu kota ke kota lain, pernah suatu hari saya mengamen di kereta di daerah jawa timur, saat saya dan 2 orang teman memasuki stasiun Madiun kapi ditangkap petugas dan ditendang keluar kereta, untung saja kereta tidak jalan, kami dijambak dan dibawa ke kantor kepala stasiun seperti maling, padahal kami cuma mencari recehan untuk makan... di dalam kantor kepala stasiun kami ditelanjangi dan wig (rambut palsu) saya dibakar, sera rambut kami digunduli mas... salah apa kami sehingga diperlakukan demikian?" lalu waria itu meneteskan air mata gan... ane jadi trenyuh juga denger ceritanya gan.
Kemudia waria itu bercerita bahwa dia dan beberapa temannya hijrah ke daerah semarang, disana setiap hari harus senam jantung katanya gan, tiap ketemu trantib mereka selalu dikejar2 layaknya copet jika tertangkap mereka dibawa ke kantor satpol PP dan disana mereka dihajar seolah2 punya dendam pribadi. lalu waria itu berkisah "walau kami tidak diakui 2 oleh pria dan wanita, namun kami masih manusia mas... kami juga makan,minum seperti kalian, kami bisa senang, kami bisa sedih,kadang saya juga merenungi nasib apakah kami dilahirkan kedunia ini hanya sebagai bahan tertawaan, cacian, dan makian orang?" ane makin prihatin gan..namun bukan berarti ane membenarkan dan mendukung waria lo ya.. ane cuma simpati aja ama jalan hidupnya, coba jika agan di posisinya sementara sekarang agan bisa mencibir,menertawakan, menghina mereka, mereka hanya manusia yang tersesat akan kodratnya.
Setelah 1,5 jam kami cerita bareng mobil saudara ane berhenti tepat di depan kami gan, lalu kami pamitan,kemudian waria itu heran gan dan bertanya kepada teman ane tadi " loh ma...katanya pengamen... kok dijemput mobil?", lalu di jawab temen ane tadi gan " heheh itu misalnya aja kok sis.." langsung tuh 2 waria ngumpat2 sambil ngelempar bungkus rokok kosong waktu mobil kami jalan gan , kenapa saya menulis hal ini setelah lewat beberapa tahun? yang pertama saya sangat tersentuh dengan nasib mereka (ane bukan maho lo) dan yang kedua adalah saat saya dan teman saya yang dulu ngeladenin bicara waria tuh lewat perempatan magowu yogyakarta, pas di lampu merah waria tuh ngenalin wajah temen ane gan... disamperin deh kita gan, ane jadi rikuh ama orang2 sektar yg pada ngeliatin kita gan, mungkin dikira langganan nya kali ya , di sedikit cerita (karena di lampu merah) bahwa dia punya bascamp di dekat hotel Quality dan dia ketuanya KEBAYA (Keluarga banci yogyakarta).
sekian cerita ane gan.... semoga dikomen yang baik, yang gak niat komen mending tinggalin aja halaman ini dari pada nyampah. semoga bisa diambil hikmahnya dan kita harus banyak bersyukur bahwa kita masih diberi kesempurnaan.
Disadur dari: sigitcavalera
Komentar
Posting Komentar