KH. Muh Zaini Abd Ghani atau Guru Ijay atau Guru Sekumpul, penulis suka mendengar nama beliau dari para ustadz, para kyai yang berceramah maupun teman-teman yang sudah pernah berangkat ke Martapura Kalimantan Selatan. Yang lebih membuat terkesima ketika suatu hari penulis bertemu dan mendengar langsung tentang karomah beliau dari mantan pemuka agama lain sebelumnya berdomilisi di luar Kalimantan (kalau tidak salah ingat daerah Sumatera, Medan) yang masuk Islam karena mendapat hidayah selama 3 malam berturut-turut diberi mimpi diperlihatkan lafaz Allah dan Muhammad berputar-putar di kamar beliau, pertemuan penulis dan sebut saja mantan pemuka agama lain tersebut si fullan namanya, kurang lebih 10 tahun lalu.
Saat diperlihatkan lafaz tersebut si fulan bingung dan mencoba mencari arti dari mimpi tersebut hingga beberapa waktu lamanya, hingga kemudian beliau mencari seorang kyai (pemuka agama islam) di kampung nya yang kebetulan kyai tersebut memimpin sebuah pondok pesantren, si fulan menanyakan perihal mimpi tersebut dan akhirnya di sana lah beliau mengorek lebih dalam tentang agama Islam, walaupun sebelumnya keinginan pindah agama ditentang keras oleh kedua orang tua, saudara, istri dan keluarga besarnya yang non muslim.
Sebelum meninggal kyai di pondok tersebut berpesan, "sepeninggal aku nanti berangkatlah kamu ke Kalimantan tepatnya di Kalimantan Selatan dimana disana ada seorang ulama bernama KH. Muh Zaini Abd Ghani atau Guru Ijay untuk lebih memperdalam ke islaman mu.
Akhirnya kyai tadi wafat (yang menuntun si fulan mengenal islam dari awal) dan akhirnya bermodalkan nekad si fulan mantan pemuka agama tadi berangkat ke Kalimantan, hingga tibalah di Martapura di kediaman Guru Ijay.
Tiba di Martapura si fulan langsung bergabung di pengajian yang rutin Guru Ijay adakan, hingga suatu saat menjelang selesai pengajian sang guru berucap "mana tamu saya yang dari Medan dengan nama ini (sambil menyebut nama si fulan) tentu saja membuat si fulan heran padahal kedatangannya tidak pernah memberi kabar kepada siapapun di Martapura tersebut.
Setelah bubar pengajian si fulan diajak masuk ke sebuah ruangan untuk berbincang lebih lanjut dengan sang guru, sambil berbincang sang guru menawarkan mau makan apa, mau minum apa? Sambil mengangkat salah satu tangan beliau ke atas dan tesedialah hidangan yang enak-enak di telapak tangan beliau. Dengan kejadian-kejadian tersebut tentu membuat si fulan lebih mantap lagi memeluk agama Islam dan menimba ilmu disana, Wallahu a’lam bish-shawab.
Demikianlah sedikit Karomah KH. Muh Zaini Abd Ghani atau Guru Ijay yang bisa penulis sajikan kepada pembaca berdasarkan apa yang penulis dengar dari si fulan tadi. Untuk pembaca ketahui, si fulan ini sebelum memeluk agama islam sudah mengenyam pendidikan hingga S3 Jurusan Teologi di luar negeri, mempunyai penghasilan 5 juta perbulan (bayangkan kurang lebih 10 tahun lalu 5 juta merupakan nominal yang sangat besar), ber jas dan turun naik mobil mewah.
Hingga kurang lebih 3-4 tahun lalu kembali berjumpa dengan penulis (setiap acara Haul Abah Sekumpul si fulan selalu datang ke Martapura), si fulan sudah menikah lagi dengan wanita muslimah di Balikpapan dan juga dia pernah pulang ke kampung halamannya dimana keluarga besarnya mayoritas juga sudah memeluk agama islam, informasi terakhir dia bekerja sebagai marbot (penjaga masjid) di salah satu masjid di daerah Kelandasan, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Penulis sangat tergugah bagaimana orang yang dulunya bergelimang kemewahan, yang berusaha merusak aqidah kaum muslimin hingga kuliah ke luar negeri memperdalam ilmu tersebut dan sekarang hidup dalam kesederhanaan. Pernah penulis tanyakan, "sekarang bagaimana untuk biaya kehidupan sehari-hari?, si fulan menjawab, " Allah yang memberi saya makan (nafkah)," ujarnya dengan mantap.
Semoga beliau membaca tulisan ini, insya allah jika ada rezeki dan umur panjang wahai si fulan anda akan bertemu lagi dengan saya biar kisah ini bisa berlanjut.
Wallahu a’lam bish-shawab
Oleh: Muhammad Yusuf A.Md.
Saat diperlihatkan lafaz tersebut si fulan bingung dan mencoba mencari arti dari mimpi tersebut hingga beberapa waktu lamanya, hingga kemudian beliau mencari seorang kyai (pemuka agama islam) di kampung nya yang kebetulan kyai tersebut memimpin sebuah pondok pesantren, si fulan menanyakan perihal mimpi tersebut dan akhirnya di sana lah beliau mengorek lebih dalam tentang agama Islam, walaupun sebelumnya keinginan pindah agama ditentang keras oleh kedua orang tua, saudara, istri dan keluarga besarnya yang non muslim.
Sebelum meninggal kyai di pondok tersebut berpesan, "sepeninggal aku nanti berangkatlah kamu ke Kalimantan tepatnya di Kalimantan Selatan dimana disana ada seorang ulama bernama KH. Muh Zaini Abd Ghani atau Guru Ijay untuk lebih memperdalam ke islaman mu.
Akhirnya kyai tadi wafat (yang menuntun si fulan mengenal islam dari awal) dan akhirnya bermodalkan nekad si fulan mantan pemuka agama tadi berangkat ke Kalimantan, hingga tibalah di Martapura di kediaman Guru Ijay.
Tiba di Martapura si fulan langsung bergabung di pengajian yang rutin Guru Ijay adakan, hingga suatu saat menjelang selesai pengajian sang guru berucap "mana tamu saya yang dari Medan dengan nama ini (sambil menyebut nama si fulan) tentu saja membuat si fulan heran padahal kedatangannya tidak pernah memberi kabar kepada siapapun di Martapura tersebut.
Setelah bubar pengajian si fulan diajak masuk ke sebuah ruangan untuk berbincang lebih lanjut dengan sang guru, sambil berbincang sang guru menawarkan mau makan apa, mau minum apa? Sambil mengangkat salah satu tangan beliau ke atas dan tesedialah hidangan yang enak-enak di telapak tangan beliau. Dengan kejadian-kejadian tersebut tentu membuat si fulan lebih mantap lagi memeluk agama Islam dan menimba ilmu disana, Wallahu a’lam bish-shawab.
Demikianlah sedikit Karomah KH. Muh Zaini Abd Ghani atau Guru Ijay yang bisa penulis sajikan kepada pembaca berdasarkan apa yang penulis dengar dari si fulan tadi. Untuk pembaca ketahui, si fulan ini sebelum memeluk agama islam sudah mengenyam pendidikan hingga S3 Jurusan Teologi di luar negeri, mempunyai penghasilan 5 juta perbulan (bayangkan kurang lebih 10 tahun lalu 5 juta merupakan nominal yang sangat besar), ber jas dan turun naik mobil mewah.
Hingga kurang lebih 3-4 tahun lalu kembali berjumpa dengan penulis (setiap acara Haul Abah Sekumpul si fulan selalu datang ke Martapura), si fulan sudah menikah lagi dengan wanita muslimah di Balikpapan dan juga dia pernah pulang ke kampung halamannya dimana keluarga besarnya mayoritas juga sudah memeluk agama islam, informasi terakhir dia bekerja sebagai marbot (penjaga masjid) di salah satu masjid di daerah Kelandasan, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Penulis sangat tergugah bagaimana orang yang dulunya bergelimang kemewahan, yang berusaha merusak aqidah kaum muslimin hingga kuliah ke luar negeri memperdalam ilmu tersebut dan sekarang hidup dalam kesederhanaan. Pernah penulis tanyakan, "sekarang bagaimana untuk biaya kehidupan sehari-hari?, si fulan menjawab, " Allah yang memberi saya makan (nafkah)," ujarnya dengan mantap.
Semoga beliau membaca tulisan ini, insya allah jika ada rezeki dan umur panjang wahai si fulan anda akan bertemu lagi dengan saya biar kisah ini bisa berlanjut.
Wallahu a’lam bish-shawab
Oleh: Muhammad Yusuf A.Md.
Komentar
Posting Komentar