(Fatimah Az-Zahra.S.E.I, Pemerhati Masalah Sosial dan Politik)
Ramadhan telah berlalu berganti menjadi syawal yang masih dalam genggaman kita, rasa suka cita pun berpadu dalam dada karena kemenangan bagi umat islam di seluruh pelosok bumi baru saja dilewati. Persiapan sudah digalakkan untuk menyambut hari kemenangan, mulai dari aneka kue kering, buras,opor ayam,ketupat, coto makasar, hingga busana muslim terbaik yang menjadi pilihan untuk menemani persatuan umat islam di momen idul fitri.
Tabuhan beduk berlomba dalam lantunan takbir memuja Allah dan Rosulnya menggema diseluruh toa masjid di nusantara sebagai tanda bahwa kaum muslim telah menyongsong hari kemenangan hari bersejarah hari besar umat islam. 1 syawal itulah hari raya idul fitri 1439H. taqoballallahu minal waminkum shiyamana wa shiyamakum taqobal ya karim minal aidzin wal faidzin. Kalimat sakral terdengar menjadi kesadaran umum bahwa di momen special idul fitri adalah hari maaf-memaafkan. Keangkuhan yang dibalut deretan penyakit hati mendadak pergi menjadi pribadi muslim untuk siap bermaafan kepada saudara seaqidah, umat islam.
Sebulan penuh kita menempa diri menjadi umat yang makin taat pada pencipta dan pengatur kehidupan. Sebulan penuh kita memohon ampunan atas khilaf dan salah agar kefitrahan didapati menjadi jiwa yang kembali bersih dan fitri karena berhasil menggengam kunci tobat dari pencipta. Bulan ramadhan memang bulan ajaib yang mampu memaksa siapapun untuk menjadi lebih baik seketika, menjadi kondusif bak santri yang siap menjaga iman dan islam dalam menjalankan aktivitasnya atas dorongan iman dan komando ketaqwaan. Luar biasa rasa ramadhan masih terngiang-ngiang dalam ingatan.
Ramadhan selalu berhasil menyisakan memoar keshalihan sebagai hamba yang haus pahala dan ridho illahi. Ramadhan selalu berhasil menampar para pendosa dan merayu mereka agar sudi bersimpuh pada ilahi. Segera sadari dan kembali pada jejak suci agama, kembali menjalankan segala titah pencipta untuk mengatur seluruh hidupnya. Dahsyatnya ramadhan tidak bisa ditandingi oleh bulan lainnya.
Jika kita merenung sejenak atas pertanyaan bersama yang selalu muncul di benak yakni bagaimana caranya agar kualitas amal sholih kita bisa meningkat pesat setelah ramadhan pergi, artinya 11 bulan ke depan haruslah sebanding bahkan lebih unggul dari bulan ramadhan yang baru saja meninggalkan kita. Ini bukanlah pertanyaan klise yang rutin muncul pasca ramadhan. Tapi ini adalah batu loncatan bagi kualitas iman dan amal kita untuk memperoleh kemenangan sejati sebagai umat islam. mari kita telusuri jawabannya bersama.
Saat soko guru iman sudah dalam genggaman maka cerahlah sisa kehidupan karena kita telah menolehkan wajah Allah untuk fokuskan hanya untuk kita saja, untuk menjaga kita dalam dunia, menjaga amal dan kewarasan sebagai seorang hamba yang selalu taat pada aturan dan larangan-Nya ditengah kegilaan zaman. Sembari menikmati taburan cinta yang mengalir deras antara pencipta dan hamba terus tak berjeda, alarm taqwa makin nyaring berbunyi untuk mengingatkan kita bahwa satu-satunya alasan penciptaan umat manusia hanya bertaqwa pada illahi, itu saja kok sulit betul.!
Untuk meraih ketaqwaan memang bukanlah hal yang mudah sebab kita harus melewati 3 fase sekaligus. Dalam setiap fasenya, banyak tantangan yang mesti ditaklukkan. Adapun 3 fase itu adalah ketaqwaan individu didalamnya ada perkara aqidah, ibadah, ahlaq, pakaian sesuai islam, makanan dan minuman yang halal dan thoyyib/baik sesuai kebutuhan tubuh manusia, dan ini InsyaAllah banyak yang sudah menjalankan dengan suka cita.
Adapun yang kedua ketaqwaan masyarakat, yang didalamnya kita mencintai orang lain lebih dari diri sendiri, artinya keperdulian kita kepada masyarakat diwujudkan dengan aktivitas menyeru pada kebaikan dan mencegah pada keburukan (baca:dakwah). Kita menjaga dan mencintai masyarakat dengan setulus hati dan menjaga masyarakat dari api neraka. Dengan senantiasa mendakwahkan atau mensyiarkan islam ke tengah-tengah mereka.
Fase terakhir ini fase yang paling berat, ketaqwaan Negara yakni perjuangan bersama dalam mewujudkan Negara yang siap secara total menjalankan seluruh ajaran islam dalam bingkai prinsip ketaqwaan secara tunggal hanya kepada Allah SWT sang pencipta dan sang pengatur kehidupan alam, manusia dan kehidupan. Dan itu hanya bisa dilaksanakan oleh syariat dan khilafah. Inilah Kemenangan hakiki yang mampu mewujudkan ketakwaan sempurna (ketundukkan pada syariat Allah) baik dalam tataran individu, masyarakat dan negara.
Waru Penajam Terkini - Slogan petani adalah "Soko Guru"atau "Tiang Pilar" ekonomi suatu negara nyaris terlupakan karena tergerus oleh arus modernisasi global. Sementara para petani di mana-mana masih tetap semangat berusaha dan bekerja keras agar kekurangan bahan pangan di negeri nya sendiri dapat di hindari. Demikian juga Sulhan sekalipun medernisasi sudah merambah sampai ke Desa-desa,masih tetap giat dan semangat bertani, menggarap sawahnya untuk menanam padi. Tidak tanggung-tanggung lahan sawah yang di garapnya seluas tiga hektar. Musim kemarau yang sempat datang di musim tanam tidak mengendorkan semangatnya, sarana irigasi atau pengairan sistem pipanisasi yang sudah di sediakan oleh Dinas Pertanian di manfaatkan sebagaimana fungsinya untuk mengairi tanaman padinya. Di samping Sulhan sebagai petani muda yang sukses ada sang istri tercinta Rusmawati yang selalu menemani dan mensuport agar tetap semangat demi masa depan keluarga Sulhan sendiri selain peta...
Komentar
Posting Komentar